Belajar Memahami Cuaca

Tuesday, September 05, 2006

Hujan Buatan Di Riam Kanan, Berpengaruh Di Luar Kalsel?


Artikel ini juga bisa dibaca di:
http://www.indomedia.com/bpost/012005/26/opini/opini2.htm

Menarik sekali membaca karikatur BPost 13 Januari 2005, yang menggambarkan kekhawatiran banjir di wilayah Kalimantan Tengah karena pengaruh operasi hujan buatan --nama yang dipakai saat ini adalah Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC)— yang sedang dilaksanakan di Kalimantan Selatan.

TMC untuk menambah curah hujan di daerah tangkapan waduk PM Noor yang dilaksanakan sejak 10 Januari lalu itu, memang menjadi pertanyaan banyak warga Kalimantan. Mengapa musim hujan masih juga membuat hujan, apakah hujan buatan tidak mengakibatkan banjir di wilayah lain di Kalimantan, dan lain-lain. Tulisan ini diharapkan dapat memberikan jawaban secara ilmiah populer terhadap pertanyaan dan kekhawatiran masyarakat Kalimantan.

Teknologi yang digunakan dalam operasi TMC adalah penyemaian awan yang potensial menghasilkan curah hujan berintensitas cukup tinggi. Awan ini disebut dengan awan kumulus. Jadi yang menjadi syarat mutlak penerapan teknologi ini adalah keberadaan awan kumulus. Awan kumulus yang diberi perlakuan (atau disemai dengan bahan semai NaCl) adalah yang berada di daerah target dan di daerah di mana awan itu pada saat menjadi hujan bisa masuk daerah target akibat terbawa angin setelah disemai. Oleh karena itu, penentuan posisi awan yang disemai menjadi sangat penting.

Beberapa peralatan digunakan untuk menentukan posisi awan yang akan disemai. Peneliti (flight scientist) yang memandu pesawat penyemai, dibekali peta batas wilayah daerah tangkapan yang disesuaikan dengan instrumentasi penentuan posisi yang terdapat di pesawat penyemai (CN-212 buatan IPTN Bandung). Selain itu flight scientist membekali diri dengan alat penentu posisi yang lain, disebut dengan GPS (global positioning system). Selain menentukan posisi penyemaian, alat ini bisa mendeteksi arah dan kecepatan angin. Perlengkapan yang dipakai dalam operasi TMC bisa memastikan posisi awan yang di semai tidak salah.

Selain peralatan canggih yang dipakai flight scientist, pengukuran parameter cuaca permukaan dan angin atas dilakukan di lima pos meteorologi (posmet), yaitu: Ulin, Belangian, Awang Bangkal, Benua Riam dan Rantau Bujur. Kelima posmet ini secara terus menerus memantau kondisi cuaca untuk dilaporkan ke posko hujan buatan di bandara. Sistem yang dirancang sedemikian ketat ini menambah keyakinan, tidak akan terjadi salah posisi penyemaian awan.

Barangkali yang masih menjadi pertanyaan adalah: bagaimana jika awan yang disemai ternyata tidak segera menjadi hujan, sehingga pada saat menjadi hujan sudah berada di luar daerah target? Secara saintifik, hal ini memang dimungkinkan. Ketika awan yang belum cukup matang disemai atau proses pertumbuhan awan itu sendiri yang lambat, sementara itu bisa saja kecepatan angin bertambah kencang, maka ada kemungkian awan yang disemai akan jatuh menjadi hujan di luar daerah target. Kemudian, jika hal ini terjadi, bagaimana pengaruhnya terhadap daerah Kalimantan yang lain?

Daerah target operasi TMC kali ini adalah PLTA Riam Kanan yang berada di bagian paling tenggara dari Pulau Kalimantan. Sementara itu, pada bulan-bulan ini angin berhembus dari arah barat. Dengan memperhatikan faktor angin, maka awan-awan yang disemai adalah awan kumulus yang berada di daerah target dan di sebelah baratnya. Seandainya terjadi kemugkinan seperti yang disebutkan di atas, maka awan yang disemai akan jatuh di sebelah timur daerah target yang merupakan wilayah pegunungan Batuhampakan dan atau Mugguanau.

Dari uraian di atas, jelaslah, keraguan masyarakat akan terjadinya banjir di bagian Kalimantan yang lain terutama di Kalteng, tidak perlu menjadi kekhawatiran.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home